Rabu, 20 Mei 2009

Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan


Pesan Bapa Suci Benediktus XVI
untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-43,
24 Mei 2009

***

Teknologi Baru, Relasi Baru:
Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan



Saudara dan Saudari Terkasih,

1. Mendahului Hari Komunikasi Sedunia yang akan datang, Saya ingin menyampaikan kepada anda beberapa permenungan mengenai tema yang dipilih untuk tahun ini yakni Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan. Sesungguhnya teknologi digital baru sedang membawa pergeseran yang hakiki terhadap perilaku-perilaku komunikasi juga terhadap ragam hubungan manusia. Pergeseran itu secara istimewa dialami oleh kaum muda yang bertumbuh bersama teknologi baru dan telah merasakan dunia digital sebagai rumah sendiri. Mereka berusaha memahami dan memanfaatkan peluang yang diberikan olehnya, sesuatu yang bagi kita orang dewasa seringkali dirasakan cukup asing. Dalam pesan tahun ini, Saya ingat akan mereka yang dikenal sebagai generasi digital, dan Saya ingin berbagi dengan mereka, khususnya tentang gagasan-gagasan menyangkut potensi ulung teknologi baru demi mamajukan pemahaman dan rasa kesetiakawanan manusia. Teknologi baru sesungguhnya merupakan anugerah bagi umat manusia dan kita mesti memberikan jaminan bahwa manfaat yang dimilikinya tentu dipergunakan untuk melayani semua manusia secara pribadi dan komunitas, teristimewa mereka yang kurang beruntung dan menderita.

(Manfaat Media Baru)

2. Akses terhadap telpon seluler dan komputer yang kian mudah disertai dengan jangkauan dan penyebaran internet secara meluas sampai ke wilayah jauh dan terpencil telah menjadikan internet sebagai prasarana jalan bagi penyampaian berbagai jenis pesan. Sungguh sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh generasi-generasi sebelumnya. Daya dasyat media baru ini telah digenggam oleh orang-orang muda dalam mengembangkan jalinan, komunikasi dan pengertian di antara individu maupun secara bersama. Mereka telah beralih ke media baru sebagai sarana berkomunikasi dengan teman-teman, berjumpa dengan teman-teman baru, membangun paguyuban dan jejaring, mencari informasi dan berita, serta sarana berbagi gagasan dan pendapat. Budaya baru ini membawa banyak manfaat bagi komunikasi, antara lain keluarga-keluarga tetap bisa berkomunikasi meski terpisah oleh jarak yang jauh, para pelajar dan peneliti memperoleh peluang lebih cepat dan mudah kepada dokumen, sumber-sumber rujukan dan penemuan-penemuan ilmiah sehingga mereka mampu bekerja secara bersama meski dari tempat yang berbeda. Lebih dari itu, kodrat interaktif yang dihadirkan oleh berbagai media baru mempermudah pembelajaran dan komunikasi dalam bentuk yang lebih dinamis dan pada akhirnya memberikan sumbangsih bagi perkembangan sosial.

(Jangan hanya terpukau dengan kecanggihan teknis media baru. Media baru sebagai jawaban mendasar kerinduan umat manusia untuk berkomunikasi)

3. Kita tidak perlu terlalu terpukau dengan kehebatan media baru dalam menjawab kerinduan manusia dalam berkomunikasi dan berelasi dengan sesama, karena sesungguhnya, hasrat berkomunikasi dan bersahabat ini berakar dari kodrat kita yang paling dalam sebagai manusia dan tak boleh dimengerti sebagai jawaban terhadap berbagai inovasi teknis. Dalam terang amanat Kitab Suci, hasrat untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain, pertama-tama harus dimengerti sebagai ungkapan peran-serta kita akan kasih Allah yang komunikatif dan mempersatukan, yang ingin menjadikan seluruh umat manusia sebagai suatu keluarga. Tatkala kita ingin mendekati orang lain, tatkala kita ingin mengetahui lebih banyak tentang mereka dan membuat kita dikenal oleh mereka maka saat itulah kita sedang menjawab panggilan Allah, yakni panggilan yang terpatri dalam kodrat kita sebagai mahkluk yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, Allah komunikasi dan persekutuan.

( Hasrat mendasar manusia adalah berkomunikasi)

4. Hasrat saling berhubungan dan naluri komunikasi yang melekat dalam kebudayaan masa kini sungguh dipahami sebagai ungkapan kecenderungan mendasar dan berkelanjutan manusia modern untuk menjangkau keluar serta mengupayakan persekutuan dengan orang lain. Tatkala kita membuka diri terhadap orang lain, kita sedang memenuhi hasrat kita yang terdalam dan menjadi lebih sungguh manusia. Pada dasarnya, mengasihi adalah hal yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam hal ini, Saya tidak berbicara tentang hubungan sekilas dan dangkal, tetapi tentang kasih yang sesungguhnya, yang menjadi inti ajaran moral Yesus: "Kasihilah TuhanAllahmu dengan sepenuh hati, dengan seluruh jiwa raga, dengan seluruh akal budimu dan dengan seluruh kekuatanmu" dan " kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri" (bdk. Mrk 12:30-31). Dalam terang pemahaman ini, merenungi makna teknologi baru sungguh penting, agar kita tidak sekadar menaruh pehatian pada kemampuannya yang tak dapat diragukan itu, tetapi terutama pada kwalitas isi yang disebarkan melalui media tersebut. Saya ingin mendorong semua orang yang berkehendak baik yang sedang bergiat di lingkungan komunikasi digital masa kini untuk sungguh membaktikan diri dalam memajukan budaya menghomati, dialog dan persahabatan.

Oleh karena itu, mereka yang bergiat dalam pembuatan dan penyebaran isi media baru harus benar-benar menghormati martabat dan nilai pribadi manusia. Apabila teknologi baru dipergunakan untuk melayani kebaikan pribadi dan masyarakat, semua penggunanya akan mengelakkan tukar menukar kata dan gambar yang merendahkan umat manusia, keintiman hubungan seksual, atau yang mengeksploitasi orang lemah dan menderita.

( Media baru sebagai gelanggang berdialog)

5. Teknologi baru juga membuka jalan untuk dialog di antara orang-orang dari berbagai negara, budaya dan agama. Gelanggang digital baru yang disebut jagat maya, memungkinkan mereka untuk bertemu dan saling mengenal kebiasaan dan nilai-nilai mereka masing-masing. Perjumpaan-perjumpaan yang demikian, jika ingin berhasil guna, menuntut bentuk pengungkapan bersama yang jujur dan tepat disertai sikap mendengar dengan penuh perhatian dan penghargaan. Bila dialog bertujuan untuk memajukan pertumbuhan pengertian dan sikap setia kawan, ia harus berakar pada ikhtiar mencari kebenaran sejati dan bersama. Hidup bukanlah sekadar rangkaian peristiwa dan pengalaman. Hidup adalah sebuah pencarian kebenaran, kebaikan dan keindahan. Untuk maksud inilah maka kita membuat pilihan; untuk maksud inilah maka kita meragakan kebebasan kita, dengan maksud inilah-yakni dalam kebenaran, dalam kebaikan dan dalam keindahan-kita menemukan kebahagiaan dan sukacita. Kita tidak boleh membiarkan diri diperdaya oleh orang-orang yang memandang kita semata-mata sebagai konsumen sebuah pasar, yang dijejali dengan aneka ragam kemungkinan, yang mengubah pilihan menjadi barang, kebaruan mengganti keindahan dan pengalaman sukyektif menggantikan kebenaran.

(Persahabatan 'on-line' dan persahabatan riil)

6. Gagasan tentang persahabatan telah mendapat pemahaman baru oleh munculnya kosa kata jaringan sosial digital dalam beberapa tahun belakangan ini. Gagasan ini merupakan suatu pencapaian yang paling luhur dalam budaya manusia. Dalam dan melalui persahabatan, kita bertumbuh dan berkembang sebagai manusia. Karena itu, persahabatan yang benar harus selalu dilihat sebagai kekayaan paling besar yang dapat dialami oleh pribadi manusia. Dengan ini, kita mestinya hati-hati memandang remeh gagasan atau pengalaman persahabatan. Sungguh menyedihkan apabila hasrat untuk mempertahankan dan mengembangkan persahabatan 'on-line' mengorbankan kesempatan untuk keluarga, tetangga serta mereka yang kita jumpai dalam keseharian di tempat kerja, di tempat pendidikan dan tempat rekreasi. Apabila hasrat akan jalinan maya berubah menjadi obsesi, maka hasrat itu akan memarjinalkan pribadi dari interaksi sosial sehari-hari sekaligus menghambat pola istirahat, keheningan dan permenungan yang berguna bagi perkembangan kesehatan manusia.

7. Persahabatan adalah kekayaan terbesar manusia, tetapi nilai ulungnya bisa hilang apabila persahabatan itu dipahami sebagai tujuan itu sendiri. Sahabat harus saling mendukung dan saling memberi dorongan dalam mengembangkan bakat dan pembawaan mereka serta memanfaatkannya demi pelayanan umat manusia. Dalam konteks ini, sungguh membanggakan bila jejaring digital baru beriktiar memajukan kesetiakawanan umat manusia, damai dan keadilan, hak asasi manusia dan penghargaan terhadap hidup manusia serta kebaikan ciptaan. Jejaring ini dapat mempermudah bentuk-bentuk kerjasama antar manusia dari konteks geografis dan budaya yang berbeda serta membuat mereka mampu memperdalam rasa sepenanggungan demi kebaikan untuk semua. Karena itu, secara tegas kita harus menjamin bahwa dunia digital, dimana jejaring serupa itu dapat dibangun, adalah dunia yang sungguh terbuka untuk semua orang. Sungguh menjadi tragedi masa depan umat manusia apabila sarana baru komunikasi yang memungkinkan orang berbagi pengetahuan dan informasi dengan cara yang lebih cepat dan berdayaguna, tidak terakses oleh mereka yang terpinggirkan secara ekonomi dan sosial, atau apabila ia hanya membantu memperbesar kesenjangan yang memisahkan orang miskin dari jejaringan baru itu yang justru dikembangkan bagi pelayanan sosialisasi manusia dan penyebaran informasi.

(Pesan khusus untuk kaum muda: menginjil di dunia digital)

8. Saya bermaksud menyimpulkan pesan ini dengan menyampaikan secara khusus kepada orang muda katolik untuk mendorong mereka memberikan kesaksian iman dalam dunia digital. Saudara dan Saudari terkasih, Saya meminta kepada anda sekalian untuk memperkenalkan nilai-nilai yang melandasi hidup anda ke dalam lingkungan budaya baru yakni budaya teknologi komunikasi dan informasi. Pada awal kehidupan gereja, para rasul bersama murid-muridnya mewartakan kabar gembira tentang Yesus kepada dunia orang Yunani dan Romawi. Sudah sejak masa itu, keberhasilan karya evangelisasi menuntut perhatian yang seksama dalam memahami kebudayaan dan kebiasaan bangsa-bangsa kafir sehingga kebenaran Injil dapat menjamah hati dan pikiran mereka. Demikian juga pada masa kini, karya pewartaan Kristus dalam dunia teknologi baru menuntut suatu pengetahuan yang mendalam tentang dunia jika teknologi itu dipergunakan untuk melayani perutusan kita secara berdayaguna.

9. Kepada anda kalian, orang-orang muda, yang memiliki hubungan spontan terhadap sarana baru komunikasi, supaya bertanggungjawab terhadap evangelisasi 'benua digital' ini. Pastikan untuk mewartakan Injil ke dalam dunia jaman sekarang dengan penuh semangat. Kamu mengetahui kecemasan dan harapan mereka, cita-cita dan kekecewaan mereka. Hadiah terbesar yang dapat kalian berikan kepada mereka adalah berbagi dengan mereka "kabar gembira" Allah yang telah menjadi manusia, yang menderita, wafat dan bangkit kembali untuk menyelamatkan semua orang. Hati umat manusia sedang haus akan sebuah dunia dimana kasih meraja, dimana anugerah dibagikan dan dimana jati diri ditemukan dalam bentuk persekutuan yang saling menghargai. Iman kita mampu menjawab harapan-harapan itu. Semoga kamu menjadi bentaraNya! Ketahuilah, Bapa Suci memberkati anda dengan doa dan berkatnya

Vatikan, 24 Januari 2009, pesta Santo Fransiskus de Sales

Paus Benediktus XVI

sumber : www.mirifica.net

Minggu, 10 Mei 2009

Doa supaya Menjadi Ragi

Ya Tuhan, Engkau mengibaratkan Kerajaan Allah dengan sebutir ragi.

Dengan campuran sedikit saja, adonan dapat berkembang menjadi besar.

Tanpa ragi adonan tinggal kecil dan mengkerut.

Bila dimasukkan ke dalam adonan bentuk ragi ragi itu menghilang, namun ia terus bekerja.

Tuhan, Engkau mengharapkan hal yang sama ini dari aku selaku pengikutMu.

Dan Engkaupun telah memberikan aku bakat-bakat supaya aku menjadi ragi di dalam dunia.

Kalau bercampur dengan orang-orang lain, tampaknya kehidupanku tiada artinya.

Malahan tak jarang aku sendiripun meragukan kehadiranku dan daya pancar hidupku sendiri.

Namun dnegan bantuan rahmatmu, adonan manusia yang hidup itu perlahan-lahan berkembang terus, tanpa aku sendiri dapat melihatnya.

Apabila orang yang bersatu dengan Dikau berusaha, maka tiada seorang pun dapat menghalang-halangi karyaMu.

Ya Tuhan, janganlah membiarkan aku nmerasa puas dengan hidup yang sedang-sedang saja.

Jadilah bagiku ragi kehidupanku, resapilah aku sedalam-dalamnya, supaya setelah dipenuhi dengan rahmatMu, aku menjadi ragi di dalam lingkungan hidupku hari ini dan sepanjang hidupku. Amin.

Romo yang Bertugas

Romo yang Bertugas di Paroki Santo Joseph Sukabumi saat ini adalah :

1. Romo Paroki : RP Yan Ladju, OFM
2. Agustinus Suyatno, Pr.
3. Antonius Garbito Pamboaji, Pr.
4. Yohanes Suradi, Pr.

Senin, 04 Mei 2009

Profil Gereja Santo Joseph Sukabumi (1)

Nama Pelindung : Santo Joseph

Buku Paroki : Sejak tahun 1927

Sebelumnya di Katedral Bogor

Alamat : Jl. Suryakencana Nomor 11 Sukabumi, 43114

Telepon (0266) 224574, Fax (0266) 210556

Pastor Paroki : RP. Yan Ladju, OFM



Kota Sukabumi terletak pada ke-tinggian sekitar 650 M di atas permuka-an laut, dengan suhu berkisar antara 200 - 300 Celcius, menjadikan Paroki dengan populasi ± 2.500 jiwa ini bernuansa sejuk, karena letak geografisnya berada di sebelah utara yang berbatasan de-ngan gunung Gede-Pangrango, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Paroki Cianjur dan sebelah barat berbatasan dengan Paroki Cibadak.

Bila disimak dari sejarah perkem-bangannya, paroki Sukabumi terbagi atas 3 masa/zaman, yaitu zaman Peme-rintahan Hindia Belanda, zaman Pen-dudukan Militer Jepang dan zaman Kemerdekaan Republik Indonesia hingga kini.

Zaman Pemerintahan Hindia Belanda

Pada tanggal 10 September 1889 Alfred Pierre Yean Eugine Auguste, se-orang bayi yang lahir pada tanggal 30 Agustus 1889, merupakan orang per-tama yang dibaptis di Gereja ini oleh Romo MYD Claessens Pr. Peristiwa ter-sebut merupakan tonggak awal ber-dirinya gereja Katolik Santo Joseph, Sukabumi.

Tanggal 27 Desember 1940 Yeanete Fanny adalah orang ke 754 yang dibaptis di gereja Santo Joseph, Sukabumi oleh Romo Yurebbe SJ, se-hingga dapat dibayangkan dalam kurun waktu ± 51 tahun baru 754 orang yang dibaptis secara Katolik di Paroki di mana hampir seluruhnya orang Eropa (Belanda).

Dari tahun 1889 sampai dengan Oktober 1941 Paroki Sukabumi di bawah asuhan gembala ordo Sarekat Jesuit, termasuk wilayah gerejawi Jakarta/ Ba-tavia, dan sejak 1941 dalam kedudukan sementara sebagai Prefectur Apostolik Sukabumi.

Zaman Pemerintahan Pendudukan Militer Jepang

Dalam dokumen Sakramen Bap-tis, orang pribumi Indonesia pertama di-baptis di Paroki ini ialah Donatus Martaji oleh Romo N. Geise OFM pada tanggal 3 Maret 1942. Kemudian berturut-turut Suzzana Maria pada tanggal 27 September 1943 oleh Romo N. Geise OFM dan Yohan Frederick Hendrik, tanggal 26 Oktober 1943 oleh Romo Soemarno SJ.

Pada pendudukan Jepang itulah para pastor missionaris berkewarga-negaraan Belanda dimasukkan ke kamp tawanan oleh militer Jepang.

Zaman Kemerdekaan Republik Indonesia

Pada masa perang revolusi ke-merdekaan Republik Indonesia tahun 1945-1948, Jawa Barat menyatakan diri-nya sebagai Negara Pasundan (Reconba) di bawah naungan RIS yang dibentuk Belanda. Paroki Sukabumi kembali di-gembalakan oleh para pater ordo OFM, antara lain: Pater Ariaans, OFM; Pater Th. S. Hadiatmadja, OFM; Pater P. Soe-jitno, OFM; Pater M. Ismael, OFM; dan Pater P. Teepe, OFM.

Pada masa RIS Pater N. Geise, OFM dan kawan-kawannya mendirikan yayasan Mardi Yuana dalam bentuk SGA Mardi Yuana dan SMA Mardi Yuana di Sukabumi berdasarkan orientasi dan pengesahan administrasi dari peme-rintah Republik Indonesia di Yogyakarta.

Pada tanggal 9 Desember 1948, Konggregasi Propaganda Fide secara definitif menetapkan lahirnya Prefectur Apostolik Sukabumi dan mengangkat pater N. Geise, OFM, sebagai pimpinan-nya pada tanggal 17 Desember 1948 dengan wilayah:

· Eks. Keresidenan Bogor: Sukabumi, Cianjur, Pacet, Cipanas, Sindanglaya (kecuali kodya Bogor).

· Eks. Keresidenan Banten: Rangkas-bitung, Serang, Labuhan.

Kehadiran Gereja Katolik di tengah-tengah masyarakat Sukabumi ditandai oleh persekolahan-persekolah-an, yang dikelola oleh Yayasan Mardi Yuana, Yayasan Yatna Yuana, para Suster OSU, SFS, dan para Bruder Budi Mulia (bahkan dulu para Suster YMY juga berkarya di sini). Prinsip Mgr. Geise, OFM, bahwa sekolah bukanlah sarana untuk ”membaptis” orang menjadi Katolik, tetapi dipegang teguh. Sekolah adalah bukti kepedulian Gereja terhadap kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang bermutu. Bukti pengamalah ajaran cinta kasih yang diyakininya.

Pada tahun 1961, Prefectur Apostolik Sukabumi ditingkatkan men-jadi Keuskupan Bogor. Tanggal 16 Okto-ber 1961 pater N. Geise, OFM, diangkat menjadi Uskup Bogor yang pertama dan ditahbiskan pada tanggal 6 Januari 1962.

Stasi-Stasi di bawah Paroki Santo Joseph, Sukabumi

Terdapat 3 stasi di bawah pem-binaan Paroki Santo Joseph ini, yaitu:

1. Stasi Pelabuhan Ratu, dimulai sekitar tahun 1974/1975, dengan jumlah 44 KK dengan perayaan Ekaristi setiap Minggu kedua dan keempat. Letak kapel di ruas jalan utama antara Pelabuhan Ratu dengan Hotel Samudera Beach.

2. Stasi Cikembar, dimulai pada tahun 1971 dengan jumlah 15 KK di mana perayaan Ekaristi diadakan di ruang kelas Sekolah Mardi Yuana, setiap Minggu III.

3. Stasi Cikaso-Waluran-Ciemas terletak ± 80-120 KM di selatan Sukabumi, dengan jumlah umat 13 KK di mana pada awalnya dimulai tahun 1950 di perkebunan Cikaso, kemudian de-ngan perkembangan umat, maka secara bergiliran antara umat Cikaso, Waluran atau Ciemas Perayaan Eka-risti diselenggarakan pada Minggu pertama setiap bulan di rumah umat.

Perkembangan Gereja Katolik Sukabumi

Bangunan gereja dan pastoran pada awalnya tahun 1896 didirikan oleh Pater MYD Claessens, Pr, di Jl. Cipelang Gede no 33-35, 35-37 (sekarang gedung Bank Jabar, Jl. A. Yani) dengan daya tampung maksimal 100 orang, semen-tara pastoran sendiri terletak di Jl. Selabatu atau lokasi gereja saat ini (Jalan Suryakencana nomor 11 Sukabumi).

Perkembangan umat yang cukup pesat, menuntut tempat ibadah yang lebih luas. Maka gedung gereja lama dijual dan dipergunakan untuk mem-bangun gereja baru di lokasi pastoran dan pastoran dipindahkan ke Jl. RE. Martadinata No. 52 (saat ini diperguna-kan Kanto Pusat Yayasan Mardi Yuana dan DKPKB). Proyek pembangunan selesai tahun 1964 di bawah penga-wasan anemer Achmad Diredja dan di-berkati oleh Mgr. N. Geise, OFM.

Tahun 1990 pastoran dipindahkan menjadi satu ke dalam kompleks gereja di Jalan Suryakencana, yang diberkati pada tanggal 28 Oktober 1990 oleh Mgr. Ign. Harsono, Pr. Pada tahun 1993 bangunan gereja direnovasi dan diber-kati oleh Mgr. Ign. Harsono, Pr, pada tahun 1994.

Sekitar tahun 1967 wilayah kerja Paroki Santo Joseph khusus kotamadya Sukabumi terbagi atas 4 wilayah: yaitu Wilayah Sukabumi Utara, Wilayah Sukabumi Selatan, Wilayah Sukabumi Timur, Wilayah Sukabumi Barat. Masing-masing wilayah memiliki 7 lingkungan. Tetapi sekitar tahun 1970 nama wilayah kerja paroki khusus kotamadya diganti menjadi: Wilayah Matius, Wilayah Markus, Wilayah Lukas, Wilayah Yohanes.

Pada tahun 1990 wilayah Markus dipecah menjadi dua, yaitu Wilayah Markus dan Wilayah Petrus karena perkembangan jumlah umat dan pemekaran wilayah. Dengan demikian paroki Sukabumi saat ini memiliki 5 Wilayah.

Profil Gereja Santo Joseph Sukabumi (2)

Para Pastor yang pernah bertugas di Paroki Santo Joseph, Sukabumi sejak tahun 1948 – 2009

1. Mgr. NCJ. Geise, OFM.

2. CS. Tjiptokoesoemo.

3. Teepe, OFM.

4. B. Peperzak, OFM.

5. Th. G.J. Ruijs, OFM.

6. M. Ismail Hardowardojo, OFM.

7. MAW. Brouwer, OFM.

8. MCM. Remmen, OFM.

9. Rossen, OFM.

10. T. Koopman, OFM.

11. AG. Jacobs, OFM.

12. J. Bosman, Oscr.

13. Verbeeten, Oscr.

14. W. Hoefstede, OFM.

15. E. Ryper, OFM.

16. A. Adikardjono, Pr.

17. V.d. Berg, OFM.

18. A.F. Soetono W, OFM.

19. W. Kholer, OFM.

20. Van Meer, OFM.

21. C.v.d. Zwaan, OFM.

22. J. Demmers, OFM.

23. Ben Tentua, OFM.

24. Soetojo, OFM.

25. Bonaventura, OFM.

26. L. Bloemen, OFM.

27. M. Sardi, OFM.

28. Y. Semiun, OFM.

29. P.R. Jehadan, OFM.

30. J. Koesnen, OFM.

31. Soejitno, OFM.

32. V.d. Laan, OFM.

33. V. Nonggur, OFM.

34. Mgr. Ign. Harsono, Pr.

35. A. Brotowiratmo, OFM.

36. A. Sebatu, OFM.

37. B. Soedarto, Pr.

38. V. Solekase, Pr.

39. Simbul Gaib Pratolo, Pr.

40. T. Suhardi, Pr.

41. J. Hardjono, Pr.

42. T. Sujoto, Pr.

43. Marcus Lukas, Pr.

44. M. Suharsono, Pr.

45. Thomas Saidi, Pr.

46. St. C. Pudjiantoro, Pr.

47. Y. Dwi Karyanto, Pr.

48. Agustinus Surianto, Pr.

49. Agustinus Suyatno, Pr.

50. Yustinus Monang Damanik, Pr.

51. Yan Ladju OFM

52. Antonius Garbito Pamboaji,

53. Yohanes Suradi, Pr

Jumlah umat Katolik yang tinggal di wilayah Paroki Santo Joseph Sukabumi saat ini sekitar 2500 jiwa. Terdiri atas berbagai Ras dan Suku, antara lain warga keturunan Tionghoa, Suku Jawa, Batak, Flores, Minahasa, Maluku dan Sunda. Umat Katolik pen-datang suku bangsa Jawa maupun dari luar Jawa pada umumnya berkarya dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Beberapa diantaranya yang berasal dari Maluku terpanggil sebagai guru Inpres di daerah pedalaman kabupaten Sukabumi, sementara yang warga keturunan Tiong-hoa biasanya sebagai wiraswastawan atau karyawan perusahaan swasta. Tingkat pertumbuhan umat di paroki ini nampaknya lambat, antara lain disebab-kan oleh:

· Pembaptisan umat dari penduduk asli suku Sunda sangat sedikit.

· Kaum muda/remaja dan dewasa rata-rata melanjutkan pendidikan di luar Sukabumi dan memperoleh pekerjaan di luar Sukabumi.

· Umat yang berasal dari keluarga ABRI sering dialihtugaskan/mutasi ke luar Sukabumi.

· Umat yang berasal dari siswa Secapa POLRI masa tinggalnya untuk sementara, hanya selama masa pendidikan.

Pembentukan Dewan Paroki

Pada tahun 1948, pater N. Geise, OFM, membentuk Aksi Katolik di Paroki Sukabumi yang mengemban tugas layaknya Dewan Paroki saat ini. Pada tahun 1962, pater AG. Jacobs, OFM, memprakarsai pembentukan Dewan Paroki di Santo Joseph, Sukabumi yang bertujuan untuk:

1. Menghimpun segenap potensi sum-berdaya umat paroki.

2. Membantu tugas karya pastor Paroki.

3. Mengurus dan melaksanakan tugas pastoral ke dalam, berupa tugas se-kitar altar dan bina umat dan tugas pastoral ke luar, berupa hubungan dengan masyarakat umum dan pemerintah daerah.

Berbagai kegiatan Paroki

Pada periode 1980 hingga saat ini Dewan Paroki lebih mengarahkan peran-nya dalam karya pembinaan iman umat warga paroki dan lebih memusatkan pada kegiatan gerejawi seputar altar, antara lain:

1. Menyusun perangkat Dewan Paroki sesuai dengan pedoman struktur organisasi Dewan Paroki Keuskupan Bogor.

2. Membentuk Prodiakon untuk mem-bantu tugas-tugas pastoral para pastor paroki.

3. Pembinaan Putra Altar dan Lektor/ lektris.

4. Pembinaan kelompok paduan suara antara lain: Santa Cicilia, Sekolah-sekolah Wilayah, OMK, WKRI, PD. Karismatik, Bina Iman Anak.

5. Pembinaan iman warga umat paroki dengan cara rekoleksi bagi kelompok pemandu dalam pendalaman iman, pendalaman iman di wilayah-wilayah serta pembentukan persekutuan doa (Legio Maria, Karismatik, Senakel).

6. Pelayanan Katekese yang ditangani oleh awam, suster Ursulin dan SFS, serta pastor untuk melayani para katekumen calon baptis dan siswa-siswa katolik di sekolah non katolik.

7. Menerbitkan majalah Paroki, Laudate Montes.

8. Pelayanan sosial-karitatif-ekonomis, bagi para umat ekonomi lemah, santunan dana papa secara rutin bulanan bagi umat paroki yang benar-benar membutuhkan, Rukun Kematian dan Koperasi.

9. Kerja sama antargereja, Perayaan Natal bersama, Aksi Sosial Natal bersama.

10. Hubungan dengan Pemda Kodya dan Kabupaten Sukabumi tampaknya ha-nya sebatas hubungan Instansional.

11. Membentuk Forum Komunikasi antar umat Beragama, Sukabumi.

Buah Karya Penuai

Sekalipun Paroki Santo Joseph, Sukabumi dalam perkembangannya boleh dikatakan lambat dalam jumlah pertambahan umat, namun hingga saat ini telah menyumbangkan beberapa orang putra-putri terbaiknya untuk menjadi Biarawan dan Biarawati yang berkarya sebagai penuai di ladang Tuhan. Mereka itu antara lain:

· Pater Makmun Muchtar, OFM (alm), Alumni SGA Mardi Yuana Sukabumi.

· Romo Putranto, SJ, Alumni SD Mardi Yuana 2 Sukabumi, putra keluarga Soelami, yang pernah memimpin Ordo Serikat Jesuit di Indonesia.

· Pater Darius Darmawan Kuntara, OFM, Alumni SMA Mardi Yuana Sukabumi tahun 1992, putra keluarga Eddy Kuntara.

· Sr. Ancilla, SFS, yang kini berkarya di Biara SFS Jalan Bondongan, Bogor.

· Sr. Clementin, CB, putri kel. R. Brotosoehardjo.

· Sr. Francis Sunarjo, OSU, yang berkarya di Biara Ursulin Providentia, Jl. Anggrek Bandung.

· Sr. Rosalina Suratno OSU, yang kini berkaraya di Flores.

· Romo Agustinus, Pr, Imam Projo Surabaya.

Jadual Perayaan Ekaristi

Gereja Santo Joseph Sukabumi:

· Harian pukul 06.00 WIB

· Jumat Pertama pukul 17.30 WIB

· Sabtu pukul 17.30 WIB

· Minggu pukul 07.30 WIB dan pukul 17.30 WIB

Kapel Biara Ursulin

Jalan Suryakencana Nomo 39

Sukabumi 43114

Telpon (0266) 221261

Jadual Ekaristi harian pukul 05.30 WIB

Kapel Biara SFS

Jalan Rumah Sakit Nomor 1

Sukabumi 43101

Telpon (0266) 221369

Jadual Ekaristi harian pukul 05.30 WIB

Stasi Cikembar

Sekolah Mardi Yuana

Jl. Raya Cikembar

Jadual Ekaristi Minggu III pukul 09.00 WIB

Stasi Pelabuhan Ratu (Kapel Santo Fransiskus Asis)

Jalan Kidang Kencana, Desa Babadan

Kel/Kec. Pelabuhan Ratu

Jadual Ekaristi Minggu II dan IV pukul 09.00 WIB

Stasi Cikaso-Waluran-Ciemas

Pabrik Kebon Teh

Jadual Ekaristi Minggu I pukul 11.00 WIB


Seminar Hidup Baru dalam Roh Kudus

Mari kembali kita bersama-sama menyelami kasih Tuhan Yesus yang selalu tercurah bagi kita secara pribadi dengan ikut serta dalam :

SEMINAR HIDUP BARU DALAM ROH KUDUS (SHBDR)

Pembicara :

Sinta Soeryo, Yurika Agustina beserta tim dari BPK Keuskupan Agung Jakarta)

Jadwal pertemuan (dalam satu paket) :

Sabtu, 13 Juni 2009, pukul 16.00 - 19.00 WIB;

Minggu, 14 Juni 2009, pukul 09.00 – 16.00 WIB;

Dilanjutkan pada

Sabtu, 20 Juni 2009, pukul 16.00 – 19.00 WIB;

Minggu, 21 Juni 2009, pukul 07.00 – 16.00 WIB;

Ditutup dengan Misa.

Tempat : Rumah Retret St. Lidwina, Jalan Rumah Sakit No. 1 Sukabumi.

Pendaftaran s.d. 6 Juni 2009, silakan menghubungi :

- Yosef B. (0266) 223739

- Lisa (0266) 229863

- Grace (0266) 7000013

- Mary (0266) 221993

- Dewi (0266) 214233

- Lidya (0266) 7077938

Biaya pengganti konsumsi sebesar Rp 60.000.

Acara ini diselenggarakan oleh PKK Santo Joseph Sukabumi.

Lomba Karya Tulis dalam Rangka Hari Komunikasi Sedunia Ke-43 2009

SEKSI KOMUNIKASI SOSIAL

PAROKI SANTO JOSEPH SUKABUMI

Dalam rangka memperingati Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-43, yang jatuh pada 24 Mei 2009 mendatang, Seksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo joseph Sukabumi akan mengadakan lomba menulis dengan kategori Anak, Remaja, dan Dewasa. Adapun persyaratan lengkap sesuai dengan kategori tersebut, adalah :

I. Kategori Anak (Usia SD kelas 3-6)

  1. Jenis perlombaan :

Membuat doa atau puisi dengan tema bebas.

  1. Waktu pendaftaran :

Pendafatran berakhir pada 20 Mei 2009 di sekolah masing-masing (sekolah Katolik), dan di Ruang BIA (saat sekolah minggu).

  1. Kriteria Penilaian :

- kesesuaian isi dengan judul,

- tata bahasa yang digunakan.

  1. Waktu pelaksanaan :

Minggu, 24 Mei 2009, pukul 09.00 – 11.00 WIB.

II. Kategori Remaja (Usia SMP kelas 1-3) :

1. Jenis perlombaan :

Membuat puisi atau mengarang dengan tema bebas.

2. Waktu pendaftaran :

Pendafatran berakhir pada 20 Mei 2009 di sekolah masing-masing (sekolah Katolik), dan di Ruang BIA (saat sekolah minggu).

3. Kriteria Penilaian :

- kesesuaian isi dengan judul,

- tata bahasa yang digunakan,

- pemakaian tanda baca (khusus untuk yang memilih mengarang).

4. Syarat khusus untuk mengarang :

- karangan dikerjakan saat lomba,

- karangan dikerjakan di lembar folio bergaris (disediakan panitia),

- penulisan karangan paling banyak 2 (dua) halaman folio.

5. Waktu pelaksanaan :

Minggu, 24 Mei 2009, pukul 09.00 – 11.00 WIB.

III. Kategori Dewasa (usia SMA s.d tak terbatas) :

1. Jenis Perlombaan : Membuat karya tulis atau artikel

2. Tema yang dipilih :

- “Alat-alat Canggih dan Pewartaan”

- “Kemerdekaan Teknologi secara Bertanggung Jawab”

3. Syarat –syarat :

a. Penulisan karya tulis paling banyak 3 halaman A4 berspasi 1,5;

b. Font tulisan isi menggunakan Verdana ukuran 11;

c. Margin :

- atas dan bawah : 2 cm

- kanan dan kiri : 2,5 cm

d. Font tulisan jusul menggunakan Verdana ukuran 14 dengan jarak 2 spasi ke paragraf pertama;

e. Artikel atau tulisan adalah karya original (asli) buatan sendiri dan belum pernah dipublikasikan di mana pun;

f. Artikel yang masuk menjadi milik panitia dan keputusan juri tidak dapat diganggu gugat;

g. Karya artikel atau tulisan diserahkan kepada Panitia melalui Sekretariat Paroki selambat-lambatnya pada hari Jumat, 15 Mei 2009.

4. Kriteria Penilaian :

a. Kesesuaian isi dengan tema,

b. Penggunaan tata bahasa,

c. Pemakaian tanda baca.

5. Pemenang akan diumumkan pada hari Minggu, 24 Mei 2009.

Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi :

  1. Seksi Komsos Paroki : Bapak Basilius Basuki R. (hp : 081310775196)
  2. Sekretariat Paroki (telp : 0266 – 224574)